Ada wilayah arsir yang membentuk
lintasan, yang entah saling berpas-pasan atau berpotongan atau bahkan menyatu
diantara setiap entitas yang ada sekarang. Kini kita sulit menemukan satu
entitas berdiri secara mandiri dan disiplin. Politik, Ekonomi, Sosial, Agama,
Budaya bahkan seksualitas saling meleburkan diri, antara satu dengan yang lain.
Saling dobrak tembok pembatas dan menegasikan disiplin masing-masing diskursus.
Seperti tanaman jalar yang saling
mengikat antara satu dengan yang lain. Sehingga kita akan sulit membedakan
akar, batang dan daun taman-taman tersebut. Transentitas yang membentuk
garis-garis leburan antara satu diskurs dengan diskurs lainnya. Misalnya
politik yang sudah sangat sulit dipisahkan dari hukum, ekonomi bahkan hiburan. Ranah
budaya dan agama yang terkadang membentuk wilayah arsir yang sulit
diklasifikasi atau didikotomi spirit radikalnya.
Jika jaringan-jaringan ini
didorong untuk suatu kemajuan, maka diskursus tersebut membentuk wilayah kajian
baru yang akan menghadirkan solusi-solusi penting, dalam kehidupan
masing-masing entitas. Namun yang terjadi belakangan, wilayah arsir tersebut,
didompleng oleh spirit negatif yang sifatnya seperti parasit dan merugikan
(mengaburkan) eksistensi masing-masing entitas atau dalam kajian posmo disebut negatif rhizome.
Sebuah kondiri dimana satu entitas
mendominasi entitas yang lain, untuk mengaburkan makna sebenarnya entitas
tersebut. Padahal pada awal-awal modernisme, wilayah arsir ini, bermaksud
memberi peluang untuk saling menguatkan entitas masing-masing. Kita akan sulit
menafsir hukum tanpa dominasi politik (kekuasaan). Ekonomi akan mendominasi
politik dan hukum. Agama kini ternegasikan oleh spirit sosial dalam tafsir
mayoritas yang menegasikan nilai-nilai dasar keagamaan.
Politik yang sulit berdiri
sendiri kini, membuat kita menafsirnya secara transpolitik. Menghubungkannya
dengan entitas-entitas lain. Diwaktu yang sama kita juga akan membincangkan
soal transekonomi, transhukum, transsosial dll.
Spirit negatif yang memenuhi
wilayah arsir tersebut yang kini sedang meleburkan diri, berinteraksi, saling
bentur, melebur, saling menyilang dan membentuk mesin kepentingan (interest mechine) dan akhirnya mematahkan mesin kebenaran (truth mechine).Di dunia seperti ini,
akan terbentuk kondisi yang sangat miskin akan kepercayaan (trash). Aaura
negatif akan selalu membayangi interaksi kehidupan kita dengan berbagai
kejahatan-kejahatan yang bentuknya sulit diprediksi.
Tumpang tindih kepentingan ini
bersifat negatif dan seperti parasit menempel di setiap sistem, struktur,
organisasi, kelompok terutama negara. Ia akan menggorogoti setiap tempat dimana
dia hidup dan akhirnya merusak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Karena seorang polisi punya
bisnis kejahatan, maka dia akan sulit menumpas kejahatan secara tuntas. Karena
akademisi punya kepentingan politik maka sulit baginya untuk menjadi
kontributor ilmu yang etis. Seorang kyai akan sulit menilai interaksi
kebudayaan jika kepentingan sosial kelompoknya membayangi setiap interaksinya.
Dan negara karena punya kepentingan bisnis eksploitasi alam, maka akan sulit
melakukan menyejahteraan masyarakat yang berbasis keadilan dan ramah
lingkungan.
Wilayah arsir ini harus diarahkan
menjadi the positif rhizome. Pembauran
entitas yang disokong oleh spirit kebenaran dan bukan kepentingan. Spirit
kebenaran, akan menjadi penguat bagi setiap entitas, untuk mencapai tujuan-tujuan
mulia yang diembannya.